Kuliah Umum Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Bersama Mu’arif, S.Pd.I., M.Pd. Tekankan Pentingnya Pemahaman Sejarah Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah
Yogyakarta – Sabtu, 16 Agustus 2025, diselenggarakan Kuliah Umum Al-Islam dan Kemuhammadiyahan yang menghadirkan narasumber Mu’arif, S.Pd.I., M.Pd., seorang peneliti sejarah Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Kegiatan ini berlangsung dengan penuh antusias dan diikuti oleh mahasiswa, dosen, serta masyarakat umum yang memiliki ketertarikan terhadap kajian sejarah dan gerakan Islam modern di Indonesia.
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk memperkuat pemahaman mahasiswa dan sivitas akademika mengenai nilai-nilai Al-Islam Kemuhammadiyahan yang menjadi ruh dan identitas dalam pendidikan Muhammadiyah. Dengan mengangkat tema besar seputar perjalanan sejarah dan dinamika gerakan Muhammadiyah serta ‘Aisyiyah, acara ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran kolektif akan pentingnya memahami akar sejarah dalam membangun peradaban Islam yang mencerahkan.
Dalam paparannya, Mu’arif, S.Pd.I., M.Pd. menjelaskan bahwa Muhammadiyah sejak awal berdirinya pada tahun 1912 telah memainkan peran penting dalam modernisasi Islam di Indonesia. Gerakan ini tidak hanya menekankan pemurnian akidah dan ibadah, tetapi juga mengedepankan pendidikan, kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat. Begitu pula ‘Aisyiyah, sebagai organisasi perempuan Muhammadiyah, telah memberikan kontribusi besar dalam penguatan peran perempuan dalam pendidikan, kesehatan, dan sosial kemasyarakatan.
“Memahami sejarah Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi sebagai bekal untuk menatap masa depan. Sejarah adalah cermin yang menuntun kita agar tetap konsisten dalam dakwah pencerahan, berkemajuan, dan relevan dengan zaman,” ujar Mu’arif dalam sesi pemaparan.
Lebih lanjut, beliau menekankan pentingnya penguasaan literatur sejarah agar kader-kader Muhammadiyah tidak tercerabut dari akar tradisi gerakan. Dengan pemahaman sejarah yang mendalam, generasi muda Muhammadiyah dapat menjaga kesinambungan dakwah, mengembangkan inovasi, serta membangun jejaring keilmuan yang kuat.
Acara ini berlangsung secara interaktif. Usai penyampaian materi, peserta diberi kesempatan untuk berdialog langsung dengan narasumber. Berbagai pertanyaan diajukan, mulai dari tantangan kaderisasi Muhammadiyah di era digital, strategi ‘Aisyiyah dalam memperkuat gerakan perempuan Muslim, hingga peran mahasiswa sebagai agen perubahan dalam konteks dakwah Islam berkemajuan.
Salah satu peserta mengungkapkan bahwa kuliah umum ini memberikan perspektif baru dalam memahami gerakan Islam di Indonesia. “Saya merasa lebih tercerahkan setelah mengikuti kuliah umum ini. Ternyata banyak nilai sejarah Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah yang bisa kita aplikasikan untuk menjawab persoalan umat hari ini,” ujar seorang mahasiswa peserta kegiatan.
Kegiatan Kuliah Umum Al-Islam Kemuhammadiyahan ini juga menjadi ajang silaturahmi intelektual yang mempertemukan dosen, mahasiswa, dan masyarakat dalam satu ruang akademik. Diskusi yang berkembang memperlihatkan betapa pentingnya pelestarian nilai sejarah dan ideologi Muhammadiyah untuk menjawab tantangan global, baik di bidang pendidikan, sosial, maupun dakwah.
Panitia penyelenggara menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari agenda rutin dalam rangka penguatan pemahaman Al-Islam Kemuhammadiyahan di lingkungan pendidikan. “Kuliah umum ini diharapkan mampu menumbuhkan kecintaan mahasiswa terhadap sejarah Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, sekaligus membentuk sikap kritis dan progresif dalam berdakwah di masyarakat,” ungkap salah satu panitia dalam sambutannya.
Dengan adanya kuliah umum ini, diharapkan mahasiswa serta peserta lainnya semakin memahami pentingnya sejarah gerakan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah sebagai pijakan dalam mengembangkan pemikiran Islam yang berkemajuan. Kegiatan ini juga menjadi pengingat bahwa Muhammadiyah bukan sekadar organisasi, tetapi sebuah gerakan besar yang telah berkontribusi nyata dalam pembangunan bangsa.
Kuliah umum ditutup dengan doa bersama serta harapan agar nilai-nilai Al-Islam Kemuhammadiyahan semakin mengakar dalam kehidupan mahasiswa, dosen, maupun masyarakat luas. Momentum ini diharapkan dapat melahirkan generasi penerus yang berkomitmen menjaga dan mengembangkan warisan intelektual Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah demi terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.